Mayjen Doni Monardo, Jendral Segudang Ide

Nama Mayjen Doni Monardo rasanya sudah tidak terlalu asing di telinga masyarakat Indonesia berkat berbagai jabatan strategis yang pernah diraihnya dari mulai Danjen Kopassus, Danpaspampres, hingga jabatan Pangdam XVI Patimura. Jendral yang lahir di Cimahi 10 Mei 1963 lalu ini tidak terlalu asing dengan dunia militer karena sang ayah merupakan seorang pensiunan tentara dengan pangkat terakhir Letnan Kolonel. Mayjen Doni merupakan lulusan Akademi Militer (AKMIL) tahun 1985 dan sangat berpengalaman di bidang infanteri.  Selama karirnya, Mayjen Doni lebih banyak ditugaskan di KOPASSUS, semenjak lulus Akmil hingga menjadi Danjen KOPASSUS. Setelah lulus di Akmil, Doni langsung ditugaskan di KOPASSUS dan sempat tergabung dalam beberapa operasi militer di Aceh, Timor-timur dan daerah lainnya (lihat id.wikipedia.org).

Nama Mayjen Doni menjadi terkenal setelah dia berhasil menduduki jabatan sebagai Danpaspamres (Komandan Pasukan Pengamanan Presiden) era SBY dan Danjen KOPASSUS. Salah satu penugasan yang membuat namanya kian melambung ialah ketika dia terlibat dalam operasi pembebasan kapal MV Sinar Kudus yang dibajak perompak Somalia, posisinya saat itu sebagai Wakil Komando Satuan Tugas dan berkat keterlibatannya pangkat Doni dinaikan menjadi Brigadir Jendral. Jendral bintang dua ini selain dikenal karena jabatannya, dia juga dikenal karena berbagai ide dan prestasi yang telah dilakukannya untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Ketika dirinya masih menjabat sebagai Pangdam XVI Patimura yang membawahi daerah militer Provinsi Maluku dan Maluku Utara, Mayjen Doni berhasil membuat dan menjalankan program pemberdayaan masyarakat yang diberi nama “emas hijau dan emas biru”. Bermula dari melihat potensi sumber daya alam yang melimpah di Maluku, Mayjen Doni kemudian mulai getol mengkampanyekan kedua program unggulannya tersebut.

Program “emas biru” merupakan sebuah program yang berkaitan dengan pengembangan sektor perikanan dan kelautan. Melihat wilayah geografis Maluku yang dikelilingi lautan dengan kekayaan lautnya yang melimpah, Mayjen Doni melihat potensi yang besar apabila kekayaan tersebut bisa dikelola dengan baik dan benar dan tentunya oleh masyarakat sekitar. Inti dari program “emas biru” itu sendiri merupakan budidaya dalam bentuk keramba dan budidaya ikan. Spirit gagasan ini didorong, agar para nelayan lebih mudah menangkap banyak ikan, saat kondisi laut tidak bersahabat. Cara ini memang sederhana, dan sering dilakukan oleh para nelayan. Namun, yang istimewa dari program emas biru ini, dapat membantu para nelayan untuk mendapatkan fasilitas benih, latihan manajemen usaha dan akses pasar, yang selama ini menjadi kendala (lihat republika.co.id).

Lain halnya dengan “emas hijau”, program tersebut lebih menitik beratkan kepada pelestarian lingkungan dengan semangat untuk menanam tanaman ekonomis di daerah Maluku untuk kemudian bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga menjadi added value (nilai tambah) bagi eknomi sekitar. Atas prakarsa Pak Doni (sapaan akrab dia), kini tanaman langka bernilai ekonomi tinggi mulai ditanam di beberapa daerah Maluku. Dengan digagasnya program “emas hijau” yang berlatar belakang pelestarian lingkungan ini, Mayjen Doni berharap suatu saaat nanti adanya tanaman obat-obatan yang bisa muncul di daeeah Maluku ini. Melalui Paguyuban Budiasih yang dipimpinnya, empat juta pohon langka sudah didistribusikan ke seluruh pelosok Indonesia.

Kini Mayjen Doni menjabat Panglima Daerah Militer III/Siliwangi yang membawahi daerah militer Jawa Barat. Sejak dilantik pada 27 Oktober 2017 lalu, Jendral kharismatik ini sudah langsung membuat program unggulan untuk menjaga kebersihan dan kelestarian Sungai Ci Tarum yang merupakan ikon sungai di daerah Jawa Barat. Bersama pemerintah daerah dan masyarakat, Doni berjanji untuk menjaga kelestarian Sungai Ci Tarum dan mata air yang ada di Jawa Barat (lihat republika.co.id). Gagasan tersebut langsung dieksekusi oleh Mayjen Doni dengan memerintahkan seluruh jajarannya untuk membagi Sungai Ci Tarum sepanjang 300 km tersebut menjadi 10 bagian pengawasan dan akan langsung diawasi oleh prajurit beserta perwira yang bertanggung jawab terhadap wilayahnya. Langkah tersebut dinilai sangat efektif dalam menjaga kelestarian Sungai Ci Tarum mengingat TNI berjalan berdasarkan komando dan konsistensi dari setiap anggotanya dalam menjalankan tugas.

Semua ide-ide yang bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan tersebut justru muncul dari seorang jendral yang kebanyakan dari kita akan berfikir bahwa tentara hanya tahu berperang saja. Melalui program-programnya, Mayjen Doni menggeser security approach (pendekatan keamanan) yang dulunya dengan persenjataan dalam mestabilkan kondisi dan konflik dengan prosperity approach (pendekatan kesejahteraan).  Dengan adanya pendekatan yang berbasiskan pemberdayaan masyarakat ini, Mayjen Doni berhasil menekan konflik keamanan yang sering terjadi di daerah Maluku. Mayjen Doni meyakini bahwa ketika kebutuhan dasar dan ekonomi masyarakat rendah, maka itu menjadi pemicu kesenjangan sosial dan asal mula konflik. Program ungggulan Jenderal Doni di Maluku merupakan implementasi visi kepemimpinan militer yang modern, yakni memadukan Ekonomi dan Keamanan dengan bermodal pengalaman sebagai prajurit TNI dan jaringan nasional yang kuat, program ini telah memberi manfaat kepada banyak Masyarakat Maluku. Hal ini bisa dilihat pada dua hal yakni, pertama, kuatnya stabilitas keamanan (baca; menurunya konflik komunal) di Masyarakat. Kedua, terjadinya peningkatan pendapatan ekonomi Masyarakat Desa yang berprofesi sebagai nelayan dan petani.

Dengan semua program yang telah berhasil dijalankan oleh Mayjen Doni dalam memeberdayakan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar, Mayjen Doni merupakan salah satu Jendral yang berprestasi, cerdas, merakyat serta merupakan salah satu aset terbaik yang dimiliki bangsa ini.

Back To Top
Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial
YouTube
Instagram